Sabtu, 24 Desember 2011

Karena ibu...

Assalammualaikum...
Akhirnya lepas juga ide terbaru, setelah semedi yang cukup lama...(dengan semua godaan anak2). Pernah sih kepikiran untuk pergi ke tempat yang sepi (hanya aku dan angin)...biar ajang corat coretnya berhasil. Tapi apa bisa begitu ? em i don't think so...:((
Tema terbaru ini, "Karena ibu..." aku tulis dan aku persembahkan bwt semua ibu2 yang tangguh di dunia ini (maunya posting pas Hari Ibu) Telat ? em gak juga (maksain diri...minus alibi). Tak lupa Met Hari Ibu (yang keberapa yah ?) moga kita yang "berprofesi" sebagai ibu dapat merasakan bahwa nikmatnya menjadi ibu yang sempurna dimata diri sendiri, suami, dan anak2.

Ibu, insan yang dimuliakan..bahkan Rasulullah saja memandang seorang ibu sangatlah istimewa. Bagaimana tidak istimewa, ibu harus menjalankan banyak "tantangan" misalnya jauh sebelum dia menjadi ibu, dia akan mengalami masa menstruasi yang kira2 7 hari (merasakan ketidaknyamanan=itu pasti), setelah menikah dia "terpaksa/dipaksa" hamil, itu juga harus ditanggungnya "sendiri" selama 9 bulan 10 hari (normalnya), setelah melahirkan dia harus berhadapan dengan bayi mungil untuk disusui selama 2 tahun (bagusnya seperti itu), jangan salah setelah melahirkan dia juga "terpaksa" menjalani masa nifas yang kira2 40 hari (biasanya), setelah bayi beranjak besar maka tugas berat akan menanti yaitu mengajari, membimbing, dan mengasuh. Apakah itu yang diinginkan ketika sejak kecil ? soalnya jika ditanya tentang cita2, rata2 anak perempuan (jarang) bilang bahwa dia ingin sebagai ibu yang baik dan sempurna. Cita2 mereka hanya terpaku pada profesi saja. Bener loh ??? Coba deh tanya sama mereka...:)

Ibu, sebagai insan yang lemah kadang dijadikan objek yang "tertindas", perhatikan jika dia "kebetulan" berjodoh dengan laki2 yang melarangnya beraktifitas di luar rumah, maka apa perasaannya ? Atau dia sudah "terpaksa" bekerja diluar rumah, maka ada sesuatu yang hilang, separately with the children which she love some hours. Karena tidak semua ibu yang bekerja di luar rumah itu merasa hepi...banyak kasus yang aku amati. *untung aku tidak bekerja di luar rumah, karena keinginanku sendiri..

Ibu, layaknya pasangan sejiwa dan sehati dengan suaminya, maka akan merasa terlindungi dengan kasih sayang dan perhatian dari suami terkasih. Namun apa yang terjadi jika sang ibu merasa tertekan dengan suami tersayang ? apa yang harus (kita) sebagai ibu lakukan ? jalan yang paling darurat tapi di senangi oleh Allah Sang Punya Kelembutan adalah selalu mendoakan suami agar belajar dari kesalahan.

Ini ada hadiah sms bwt aku pas Hari Ibu kemaren dari seorang sahabat terkasih...
...seorang anak bertanya pada TUHANnya, "Ya Allah kenapa bundaku suka menangis ?" Allah menjawab, "karena bundamu seorang wanita AKU ciptakan ia sebagai mahkluk yang sangat istimewa. AKU kuatkan bahunya untuk menjaga anak2nya. AKU lembutkan hatinya untuk memberi rasa aman. AKU kuatkan rahimnya untuk menyimpan benih manusia. AKU teguhkan pribadinya untuk terus berjuang saat orang lain menyerah. AKU beri dia rasa sensitif untuk mencintai anak2nya dalam keadaan apapun. AKU kuatkan batinnya untuk tetap menyayangi meski disakiti oleh suami atau anak2nya sekalipun. AKU beri dia kekuatan untuk mendorong suaminya belajar dari kesalahan. AKU beri dia keindahan untuk melindungi batin suaminya. Bundamu adalah mahkluk yang sangat kuat. Jika suatu saat kau melihatnya menangis, itu karena AKU beri dia air mata yang bisa digunakan sewaktu waktu untuk membasuh luka batinnya sekaligus untuk memberinya kekuatan baru.

Ibu, tanpa adanya dirimu...kami (sebagai anakmu) tidak ada gairah untuk melanjutkan hidup yang sudah dirancang begitu baik oleh Allah Sang Punya Jiwa. Semoga semua kesalahan kecil atau besar yang pernah kami lakukan, kau dapat maafkan setulus hati. Ibu, kau adalah pusat kebahagiaan kami. Ijinkan kami, untuk memberimu kebahagiaan dan kebanggaan untukmu ibuku sayang.

Seberapa besar cinta kasih kita kepada ibu ? Bisakah kita mengukur persentase dan kwalitas kasih sayang kita pada ibu ? Berapa detik, menit, jam dan hari kita menghitung apa saja yang ibu kita lakukan untuk mengurus kita ? Berapa jumlah rupiah yang beliau keluarkan untuk semua keperluan kita ? Berapa lama kita hanya sekedar mengenang hal2 yang indah tentang ibu kita ? Berapa sering kita memandang foto ibu kita yang makin renta ? Itu tidak akan terbayarkan dengan lunas, sampai kapanpun...

...kurasa, aku sedang jatuh hati pada kasih sayang ibu yang telah lelah mengurus, membimbing, merawat serta mengasuhku. Ibu, telah habis kata2 untuk bisa melukiskan bagaimana aku (sebagai anakmu) untuk hanya sekedar berucap terima kasih...Yang pasti, aku (sebagai anakmu) akan selalu mencintaimu  dengan setulus hati. Semoga Allah Sang Punya Ruh, selalu memberkahi sisa hidupmu dengan hati yang tenang dan penuh kebanggaan pada kami (anak2mu)...
Ibu, kami mencintaimu...

Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar